Jumat, 11 Mei 2018

TAFSIR MIMPI DALAM ISLAM


        Tafsir mimpi menurut Islam, Mimpi selalu menjadi hal yang menarik untuk dipelajari sejak jaman dahulu, juga dikatakan oleh ahli penafsir mimpi dan tidak semua mimpi dapat ditafsirkan makna yang terkandung didalamnya, Ada kalanya mimpi bagaikan angin lalu namun ada juga yang benar-benar menjadi kenyataan. Dan sesungguhnya mimpi itu dapat ditafsirkan tetapi tidak semua orang mampu menafsirkan mimpi itu ada ilmunya dan Ulama yang benar-benar zuhudlah yang dapat menafsirkan mimpi itu, apakah mimpi itu benar-benar mimpi yang merupakan isyarat dari allah SWT atau mimpi yang batil dari setan.
        Menurut para ahli Ta'bir mimpi, Mimpi itu ada tiga macam yaitu :
  1. Peristiwa yang menggembirakan yang benar yang terjadi setelah bermimpi dan ini tidak memerlukan penafsiran.
  2. Mimpi yang batil atau permainan setan, yaitu mimpi yang tidak dapat diceritakan  oleh orang yang bermimpi, artinya orang yang bermimpi tersebut tidak sanggup mengingat tertib atau jalan cerita mimpi.sehingga mimpi itu dianggap batil dan tidak mempunyai makna atau takwil.
  3. Keinginan nafsu, Mimpi seperti itu terjadi karena pengaruh fikiran seseorang , atau sesuatu yang dia lakukan atau dia khayalkan siang hari atau menjelang tidurnya sehingga menjelma menjadi mimpi ketika tidurnya. seperti kita ketahui nafsu manusia dibagi menjadi tiga yaitu  Nafsu Mutmainnah, Nafsu Lawwamah dan Nafsu Ammarah.
          Dan pada pokoknya mimpi itu terbagi menjadi dua yaitu mimpi yang benar dan mimpi yang batil, Mimpi yang benar adalah mimpi yang dialami manusia tatkala kondisi psikologisnya seimbang dan keadaan cuaca sedang cerah dan bisa ditandai dengan pohon-pohon yang bergoyang hingga berjatuhan daunnya, Mimpi yang benar tidak didahului dengan adanya pikiran dan keinginan akan sesuatu yang kemudian muncul dalam mimpi. Kebenaran mimpi juga tidak ternodai oleh peristiwa junub dan haid.
Adapun mimpi yang batil adalah mimpi yang ditimbulkan oleh bisikan nafsu, keinginan dan hasrat. Mimpi demikian tidak dapat ditakwilkan, Demikian pula mimpi "basah" dan mimpi yang lain yang mewajibkan mandi  dikatagorikan sebagai mimpi yang batil karena tidak mengandung makna. Sama halnya dengan mimpi yang menakutkan dan menyedihkan karena berasal dari setan.
Alloh Ta'ala berfirman dalam Al Qur'an : " Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman dan bertawakkal " (QS Al-Mujaadilah 10 ).
        Jika seseorang mengalami mimpi yang tidak disukai, disunnahkan melakukan lima perbuatan berikut ini :

  1. Mengubah posisi tidur.
  2. Meludah kekiri sebanyak tiga kali
  3. Memohon perlindungan Allah dari setan terkutuk.
  4. Bangun dan Shalat 
  5. Tidak menceritakan mimpinya kepada siapapun.
Etika orang yang bermimpi yaitu ;

  • Dia tidak boleh menceritakan mimpinya kepada orang yang suka hasud, sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Ya'kub Kepada Nabi Yusuf : " ....Ayahnya berkata, Hai anakku janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka akan membuat makar untuk membinasakanmu. " (QS Yusuf 5 ).
  • Jangan menceritakan mimpi kepada orang yang bodoh. Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW " Janganlah kamu menceritakan mimpimu kecuali kepada orang yang dicintai atau kepada orang yang pandai. "
  • Janganlah menceritakan mimpi kecuali secara rahasia karena diapun melihatnya secara rahasia pula.
Sebaiknya mimpi diceritakan menjelang awal tahun atau pada pagi hari, bukan sesudah keduanya lewat.
Adapun Etika untuk Pentakwil atau penafsir mimpi adalah sebagai berikut :

  • Jika saudaranya menceritakan mimpi kepadanya maka katakanlah " Aku kira mimpi itu Baik"
  • Hendaklah mentakwilkan mimpi dengan cara yang paling baik, Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad bersabda yang artinya " Mimpi itu akan terjadi sebagaimana ia ditakwilkan". juga sabda Nabi yang lain " Mimpi itu bagaikan kaki yang menggantung selama belum diungkapkan, jika diungkapkan maka terjadilah."
  • Menyimak mimpi dengan baik , kemudian menjawab sipenanya dengan jawaban yang mudah dipahami.
  • Jangan tergesa-gesa menakwilkan atau menafsirkan mimpi , lakukanlah dengan hati-hati.
  • Menyembunyikan cerita mimpi dan tidak menyebarkannya sebab ia merupakan amanat. 
  • Jangan menakwilkan mimpi ketika matahari sedang atau akan terbit, tergelincir atau dipuncak dan ketika terbenam.
  • Memperlakukan orang yang mimpi secara berbeda, maksudnya janganlah menakwilkan mimpi seorang Raja seperti menakwilkan mimpi Rakyat biasa. Sebab mimpi itu berbeda karena perbedaan kondisi pelakunya.
  • Merenungkan mimpi yang dikemukakan kepadanya, jika mimpi itu baik maka tafsirkanlah dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang bermimpi tersebut, dan jika mimpi itu buruk maka janganlah mentakwikannya atau takwilkanlah bagian mimpi yang takwilknya paling baik. Jika sebagian mimpi itu kebaikan dan sebagian lain keburukan maka bandingkanlah keduanya lalu ambillah mimpi yang paling tepat dan paling kuat pokoknya.
Sumber berita  :  Buku ,Menyingkap rahasia mimpi, penulis Gita Waskita Wardani. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar