Selasa, 25 September 2018

KEAJAIBAN HUJAN MENURUT AL QUR'AN



           Hujan adalah salah satu hal terpenting bagi kehidupan di muka bumi ini, Dia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas disuatu tempat, hujan yang memiliki peranan penting bagi semua makhluq hidup termasuk manusia, disebutkan pada beberapa ayat dalam Al Qur'an , begitu juga kadar dan pengaruh-pengaruhnya bagi kita semua. Hujan adalah sesuatu yang unik, ajaib dan menakjubkan, untuk itulah masalah ini penting kita bahas dan ketahui dalam rangka meningkatkan keimanan kita kepada Allah Subhanallahta'ala. dan kitabnya Al Qur'an.
           Hujan merupakan anugerah yang diberikan Allah SWT kepada semua makhluk di alam semesta, Tetesan air yang menurun dari langit menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluq hidup, Berkat kekuasaan Sang Kholik atau Pencipta, Setiap saat miliaran tetes air berpindah dari lautan menuju atmosfir lalu kembali lagi menuju daratan, kehidupanpun bergantung pada daur air ini. Menurut Harun Yahya dalam bukunya The Signs in the Heavens and The Earth for Men of Understanding, membuktikan  Kebenaran dan Kesesuaian ayat-ayat Al Qur'an yang menjelaskan fenomena hujan dengan sains modern. Andai manusia mencoba mengatur daur air di alam semesta secara menyeluruh maka tak akan pernah berhasil walaupun mengerahkan semua tekhnologi yang ada di Bumi. Tanpa harus menggunakan biaya dan tekhnologi makhluq hidup di Bumi bisa menikmati air hujan melalui proses penguapan, menurut Harun Yahya setiap tahunnya sekitar 4-5 miliar liter kubik air menguap dari lautan, Air yang menguap tersebut di bawa angin melintas daratan dalam bentuk awan, dan awan yang diatas daratan menjadi mendung kemudian hujan dimana setiap tahunnya sekitar 3-4 miliar liter air hujan dimanfaatkan oleh manusia.
           Untuk itulah Al Qur'an mengajak manusia untuk mensyukuri hujan sebagai karunia yang diberikan Allah SWT kepada makhluqnya sesuai firman Allah  :

أَفَرَ أَيْتُمُ الْمَآءَ الَّذِي تَشْرَبُوْنَ ٠ أَاَنْتُمْ أَنْزَ لْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ  ٠  لَوْ نَشآءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجاً فَلَوْ لَا تَشْكُرُونَ ٠

" Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah kami yang menurunkannya, kalau kami kehendaki niscaya kami jadikan dia asin, mengapa kamu tidak bersyukur ? "  ( QS. Al Waqiah : 68 - 70 )

وَالَّذِيْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً بِقَدَ رٍ فَاءَنْشَرْ نَا بِهِ بَلْدَ ةًمَّيْتًا كَذَ لِكَ تُحْرَ جُوْ نَ  ٠

" Dan (Dia ) yang menurunkan air dari langit menurut kadar  ( yang diperlukan ) lalu kami hidupkan dengan air itu negri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan ( dari kubur ) ". ( QS. Az Zuhruf  : 11  )

Dari ayat-ayat diatas ada beberapa uraian  penting yang harus diketahui   :
  1. Pertama secara eksplisit bahwa air turun dari langit atau turun dari awan, disebut turun karena setiap yang ada diatas kita adalah langit.
  2. Kedua yang dimaksud kadar adalah bahwa air turun dari langit sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan oleh suatu tempat tidak lebih tidak kurang, Bukan seperti yang diturunkan kepada umat Nabi Nuh, dengan kadar berlebihan sehingga menenggelamkan mereka, tetapi diturunkan dengan kadar yang pas sehingga menjadi sumber kehidupan bagi kita dan binatang ternak kita.
  3. Ketiga, firmannya yang artinya " kami hidupkan dengannya negri yang mati " maksudnya negri yang gersang tidak ada tumbuh-tumbuhan lalu kami hidupkan dia.
 Firman Allah SWT ini sangat sesuai dengan hasil kajian ilmu pengetahuan modern, betapa tidak, hujan turun ke Bumi dengan takaran yang tepat. Takaran pertama yang berhubungan dengan hujan tentulah kecepatan turunnya, Benda yang berat dan ukurannya sama dengan air hujan bila dijatuhkan dari ketinggian 1.200 meter akan mengalami percepatan terus menerus dan akan jatuh ke Bumi dengan kecepatan 558 km/jam.  
Akan tetapi kecepatan rata-rata jatuhnya air hujan hanyalah 8 - 10 km/jam , hal ini menjelaskan bahwa air hujan jatuh ke Bumi dengan kecepatan yang rendah, karena titik-titik hujan memiliki bentuk khusus yang mampu meningkatkan efek gesekan atsmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepatan yang lebih rendah.
           Ilmuwan Harun Yahya menuturkan " Andaikan bentuk titik hujan berbeda atau andaikan atmosfer tak memiliki sifat gesekan , maka bumi akan menghadapi kehancuran setiap hujan turun". menurut dia ketinggian minimum awan hujan adalah 1.200 meter, efek yang ditimbulkan satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketingian 15 cm.
Awan hujanpun dapat ditemui pada ketinggian 10.000 ribu meter, pada kasus ini satu tetes air yang jatuh akan memiliki efek yang sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketinggian 110 cm, Dia menambahkan dalam satu detik kira-kira 16 juta ton air menguap dari bumi.
Jumlah itu sama dengan jumlah air yang turun ke bumi dalam satu detik. Dalam satu tahun diperkirakan jumlah tiu akan mencapai 505 x 1.012 ton air terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan takaran.
           Para saintis telah mempelajari beragam jenis awan , selain itu kalangan ilmuwan juga memiliki proses terbentuknya awan dan bagaimana hujan terjadi, secara ilmiah saintis memaparkan proses terjadinya hujan dimulai dari awan yang didorong angin, awan Cumulonimbus terbentuk ketika angin mendorong sejumlah awan kecil kewilayah awan itu bergabung hingga terjadi hujan. Tentang fenomena pembentukan awan hujan itu Al Qur'an pun menjelaskan secara akurat seperti dalam surat An Nur : 43  ;

اَلَمْ تَرَاَنَّ اللهَ يُزْ جَيْ سَحَا بًا ثُمَّ يُؤَ لِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُ كَا مًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خَلَلِهِ وَ يُنَزِّ لُ مِنَ السَّمَآءِمِنْ جِبَا لٍ فِيْهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيْبُ بِهِ مَنْ يَّشَآءُ وَيَصْرِفُُهُ عَنْ مَّنْ يَّشَآءُ يَكَا دُ سَنَا بَرْ قِهِ يَذْ هَبُ بِالْاَ بْصَا رِ  ـ  ٤٣
  
" Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya , lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti ) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (QR. An-Nur : 43).
  
           Manusia baru mengetahui tahapan pembentukan hujan setelah radar cuaca di temukan, namun Al Qur'an telah menjelaskan secara detail 1.400 tahun ( 14 abad) yang lalu. Berdasarkan pengamatan radar pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap, Pertama pembentukan angin kedua pembentukan awan, ketiga turunnya hujan. Dan hal itu menunjukkan bahwa ayat Al Qur'an diatas sangat sesuai dengan pemantauan radar cuaca, sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur'an adalah Kalamullah, Mukjizat dan Pedoman hidup manusia yang relevansinya berlaku sepanjang masa..........Wallohu 'alam.......





Sumber gambar        :  Seruni.id   dan risalah.net